BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 12 Februari 2010

" CHOCOLATE CHIP COOKIES VALENTINE "

“Huuh.. “ Gina mendesah panjang. Dia duduk termangu, sendiri di tempat duduknya yang sepi itu. Sambil meratapi dirinya yang terus sendiri selama 3 hari ini. Dia hanya bisa memandangi Nanda, tertawa cekikikan bersama teman-teman barunya, di bangku deretan belakang.
Yah, sudah 3 hari ini Nanda dan Gina gak hangout bersama, bahkan hanya untuk menyapa pun tidak. Padahal sebelumnya, mereka adalah sahabat karib, yang selalu kemana-mana bersama. Tapi sekarang, duduk di samping Gina pun Nanda terlihat enggan. Entah karena alasan apa, Nanda terlihat menjauhi Gina.
Sesampainya di rumah, Gina langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya. Dia mengambil toples chocolate chip cookies yang selalu tersedia di kamarnya. Gina memang sangat suka chocolate chip cookies. Bahkan, satu toples chocolate chip cookies yang penuh, habis dilahap olehnya sendiri.
Pandangannya terarah ke kalender di meja belajarnya. “Bentar lagi 14 Februari, Valentine’s day..” gumamnya. Gina jadi teringat pada hari valentine tahun lalu. Dia dan Nanda pergi nonton bareng, film yang diperankan oleh artis favorit mereka, Miley Cyrus. Mereka memang penggemar berat artis itu. Memang, setiap hari valentine setiap tahunnya, mereka pasi meluangkan waktu bersama, serta tukar kado. Tetapi Gina belum tahu, apakah mereka akan tukar kado bersama Nanda tahun ini. Air mata pun mulai membasahi pipi Gina, melihat foto yang mereka ambil pada valentine’s day tahun lalu.
Tiba-tiba handphone Gina berbunyi. “Oh, sms dari Wanda.” Kata Gina. Wanda adalah teman baru Gina. Dia pindahan dari Norwagia. Ayahnya diplomat, dan keluarganya berencana menetap di Indonesia untuk beberapa tahun ini. Wanda adalah anak yang baik, mudah bergaul, dan juga sangat baik pada Gina. Tetapi, dia selalu sibuk dengan teman-teman Gina yang lain. Gina memang disukai oleh teman-temannya, karena sifat-sifatnya. Karena itu, kadang Gina tetap sendirian. Hanya sms yang selalu datang, dan itulah satu-satunya waktu dimana Gina dan Wanda bisa ngobrol.
Keesokan harinya, ketika Gina memasuki kelasnya pada pagi hari, Nanda dan teman-teman barunya berbisik-bisik sambil tertawa kecil, serta memandangi Gina dengan sinis. Gina berusaha untuk cuek, tetapi suara mereka terus terngiang di telinganya. Beberapa saat kemudian teman-temannya yang lain juga ikut memandangi Gina, adapula yang membaca selembar kertas dari Nanda. “Ceritanya bagus banget, Nanda!” “Kasian banget deh, si Nanda.” “Ah, masak sih? Mereka kan dulu sahabatan?” Semua anak membicarakan tentang tulisan di kertas itu. Gina berfirasat itu tentang dirinya.
Sepulang sekolah, saat semua anak sudah pulang, Gina memasuki kelasnya. Dia menemukan selembar kertas. Itu adalah tulisan yang dibuat oleh Nanda tadi pagi. “Nanda sepertinya melupakan kertas ini.” Gumam Gina. Gina pun mulai membacanya.
Aku gak bisa percaya, kok bisa orang yang dulu sangat dekat denganku, tempat aku curhat, dan membagi rahasia, malah memilih orang lain yang gak lebih lama dia kenal daripada aku. Padahal dia udah aku anggap saudara sendiri. Tapi dia kayaknya lebih percaya sama orang baru itu.
Yah, udahlah.. semuanya udah terjadi. Aku gak mau minta maaf atau apapun ke dia, sebab dia yang duluan. Kalau dia bener-bener mau kayak dulu lagi, harusnya dia yang minta maaf sama aku. Tapi itu kayaknya gak bakal terjadi. Thanks yah buat semua teman-teman yang udah mau ngedengerin curhatan aku, buat Wanda, dan terutama untuk Gina. :’(
“Oh, jadi ini semua gara-gara Aku lebih dekat sama Wanda.”ucap Gina. “Tapi dia kan gak seharusnya marah sama aku. Maksudku, aku memang kadang lebih dekat sama Wanda, sebab dia juga nge-fans sama idola favoritku. Dan dia juga gak seharusnya nulis ini dan dia sebarin ke semua orang!”gumam Gina. “Aduh, masalah ini makin besar aja! Aku kan hanya ingin kembali bersahabat dengan Nanda..”
Sore harinya, Gina menceritakan semua yang dia alami kepada Wanda lewat telepon rumahnya. Juga tentang tulisan yang dibuat Nanda itu. Gina tak sempat menceritakannya langsung, sebab Wanda tak masuk sekolah tadi. “Aku hanya ingin kembali berteman dengannya, Wanda! Aku hanya ingin semua kembali normal!”kata Gina kepada Wanda. “Aku sudah bosan seperti ini terus! ” Air mata Gina mulai bercucuran. “Aku tahu, Gina, aku tahu.” Ucap Wanda yang sedikit panik mendengar Gina sesenggukan. “Aku juga ingin kalian kembali bersahabat lagi. Bahkan semua orang juga ingin kalian seperti dulu lagi. Maksudku, siapa yang ingin melihat kalian bermusuhan seperti ini.” Gina mulai tenang mendengar ucapan Wanda. “Hanya satu yang dapat kamu lakukan, Gina. Minta maaf.” Ucap Wanda. “Hanya dengan satu kata maaf, dan,yah, semoga, kalian akan kembali seperti dulu lagi.” Gina termenung mendengar kata-kata Wanda. Tapi, itu kan tidak mudah, pikir Gina. “Kamu tahu kan, It’s not too late to apoligize !” Wanda pun menyanyi. “Hahaha, kamu salah! Harusnya kan it’s too late to apoligize. Eh, udah dulu, yah, Aku mau ngerjain PR. Daah.” Gina menutup telepon.
Keesokan harinya, tepat tanggal 14 Februari. Gina sudah pasrah tidak akan mendapatkan kado valentine dari Wanda. Gina sangat sedih meratapi dirinya sendiri. Disaat Nanda dan kawan-kawan sibuk bertukar kado. “Wah, Chintya, makasih banget yah. Kado ini ngingetin aku sama, ehm.. Gina.”ucap Nanda saat mendapat kado boneka dari Chintya. “Eh, Intan juga, makasih yah. Tau, gak, si Gina juga dulu pernah ngasih ini, loh!” Nanda terlihat kikuk setelah menceritakannya.
Sesampainya di rumah, seperti biasa, Gina langsung merebahkan dirinya, dan mengambil toples chocolate chip cookiesnya. “Yaah, habis. ” kata Gina. Tiba-tiba ada sms masuk. Tak disangka, itu adalah Nanda! Gina sambil deg-degan membaca sms itu.
“Gina, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi gak bisa lewat sms. Aku tunggu kamu di taman sekolah jam 4 sore nanti. Nanda.”
Apa yah, yang mau di omongin Nanda? Gina bertanya-tanya. Saking penasarannya, pertanyaan itu sampai terbawa dalam mimpi di tidur siangnya. Saat terbangun, pandangannya langsung tertuju pada jam dinding kamarnya. “Astaga, sudah jam 15.50! Aku kan janjian sama Nanda jam 16.00!” Gina langsung meluncur ke kamar mandinya.
Sesampainya Gina di taman sekolah, Nanda ternyata sudah menunggu di sana. “Maaf, yah, Nanda, aku telat.” Kata Gina sambil ngos-ngosan karena berlari dari rumahnya. “Iya, gak apa apa. Ehm.. Gina,” kata Nanda melihat Gina tidak konsentrasi pada ucapannya. Tentu saja, Gina terlihat sedikit pucat saking capeknya. “Ada apa, Nanda?” kata Gina yang sedikit takut melihat Nanda. “Ehm..begini. Aku..aku mau minta maaf sama kamu.”Nanda sedikit ragu. “Minta maaf? Bukannya aku yang harusnya minta maaf sama kamu?”Gina heran. “Nggak, aku yang seharusnya minta maaf sama kamu. Oh, iya. Aku juga minta maaf tentang tulisan itu. Kamu membacanya kan?”ucap Nanda. “Loh, kok kamu tahu?” “Aku melihat kamu waktu kamu membaca tulisan itu di kelas.” Gina sedikit malu. “Aku tahu, aku gak seharusnya membuat tulisan itu, apalagi menyebarkan tulisan itu ke semua anak. Aku hanya terlalu kecewa sama kamu, Gina. Tapi aku sadar. Aku gak boleh ngelakuin ini. Maksudku, biarpun kecewa, gak ada gunanya ngelakuin ini. Jadi, aku minta maaf.” Nanda menjelaskan panjang lebar. Gina terpaku mendengarnya. “Aku juga minta maaf. Aku tahu, aku memang terlalu sering main dengan Wanda, sampai-sampai aku sedikit melupakanmu. Aku gak nyangka kamu bakal minta maaf. Aku malah pasrah, kalo aku gak dapat kado valentine dari kamu tahun ini.” Gina tersenyum. “Haha..yang penting sekarang kita baikan, kan? Oh, iya. Ngomong-ngomong aku ngebawain kamu kado valentine!” Nanda mengeluarkan chocolate chip cookies dari tasnya. “Astaga, makasih Nanda! Kamu tau aja toples chocolate chip cookies ku lagi kosong! Hahahah!” Tawa Gina dan Nanda mengiringi terbenamnya matahari..