"Charlie Moody"
oleh: Mutia Larasati
Hai! Namaku Charlotte Alice Katherine Moody atau Charlotte Moody. Tapi aku lebih suka dipanggil Charlie. Aku tahu, namaku memang aneh. Tentu saja karena ada kata Moody di belakang Aku saja tak tahu kenapa orang tuaku memberiku nama seperti itu. Tapi aku tetap menyayangi mereka (ya iyalah!). Sebenarnya aku memang orangnya sangat moody. Mood-ku dalam suatu hari tak bisa ditebak. Jadi, aku merasa namaku sangat cocok dengan kepribadianku.
Aku tinggal di California, kota ini penuh dengan drama, pas dengan bakatku yang (menurutku) sangat keren, acting. Prinsipku itu, hidup itu penuh dengan drama, semua orang pasti bisa beracting, walau tak tampak dengan jelas, Yah, pokoknya aku cinta drama.
Aku memiliki sahabat baik, namanya Lottie Beckworth dan Jamie Edwards. Mereka berdua sangat baik padaku. Aku mengenal mereka saat kami masuk di sekolah menengah pertama ini. Dulu kami selalu dijuluki genk ‘tak tahu tren’ oleh Louisa Enright. Louisa sebenarnya adalah salah satu sahabat kami sampai dia melakukan sebuah tren yang dia katakan ‘gebrakan mode terbaru’. Aku sudah lupa dengan modenya itu (sebenarnya aku, Lottie dan Jamie berusaha melupakannya..) .
Sebenarnya kami cukup mengerti tentang tren berpakaian saat ini. Aku sering membeli majalah mode yang dijual di depan rumahku. Satu hal yang membuatku tak bisa mengikuti tren ketika ke sekolah (sekolahku memperbolehkan murid-muridnya menggunakan baju bebas.) karena ibuku selalu membelikan baju di ‘obral gila’ yang hanya berlangsung 10 menit. Dan kau tahu, jika ibu-ibu membelikanmu baju, mereka tak tahu tren zaman sekarang! Sebenarnya aku ingin ikut ke obral itu, hanya saja aku selalu berhalangan datang ke sana. Seakan tidak diperbolehkan kesana, saat hari obral selalu ada kegiatan yang waktunya tepat saat obral. Kerja kelompoklah, janji dengan temanlah, pokoknya komplit deh! Padahal di sana banyak sekali pakaian-pakaian yang menurut Lottie ‘tren banget’, tapi..yah..pokoknya aku tak bisa kesana...
Hari ini berjalan seperti biasa. Termasuk aku, Lottie, dan Jamie yang kebetulan datang secara bersamaan. Kami berjalan bersama menuju pintu gerbang sekolah dan tiba-tiba di hadang oleh Louisa dan genknya. “Hei, geng tak tahu tren!” katanya. “Louise, aku tak ingin mencari masalah pagi ini! Jadi bisakah untuk hari ini saja tidak berlaku kasar kepada kami dan anak-anak lain?”. Sungguh, pagi ini aku saja sudah cukup kesal. Pertama di siram dengan air di vas bunga oleh adik laki-lakiku, Newtoine. Oh, melihat wajah jailnya saja aku sudah muak, apalagi dengan bonus air vas bunga. Ihhh.. Setelah itu acara sarapanku berantakan karena pussy, kucingku yang sangat malas menumpahkan serealku. Pokoknya pagi ini sudah cukup menyebalkan. Dan aku tak ingin detik-detik di sekolahku ini di hancurkan oleh ‘nyonya super duper menyebalkan’.
“Louise, meskipun kami tidak mengikuti tren yang kau ciptakan itu, tapi tak berarti kami tidak tahu mode, dong! Selain itu, kita kan pernah berteman dekat. Tidakkah kau, yah, prihatin pada kami yang SELALU kau ejek?”kata Lottie panjang lebar. Kata-kata Lottie memang benar, tapi aku agak ragu saat dia mengatakan ‘prihatin’. Karena menurutku, Louise tidak memilik perasaan iba sama sekali. Satu-satunya hal yang dapat membuatnya iba adalah orang-orang yang tidak tahu tren, seperti kami. Dia akan membuat mimik menjijikan, sok kasihan. Oh..aku benci orang yang seperti itu.
“Oh, Little Lottie,”katanya sambil menepuk-nepuk kepala Lottie. ”Aku? Prihatin? Kepada kalian? Uh, tidak terima kasih!”
Aku memandang Lottie sambil memasang mimik bingung.
“Lebih baik aku menggunakan waktuku untuk memanjakan diriku di salon daripada capek –capek prihatin padamu.” Louise pergi dengan wajah seakan jijik kepada kami.
Kami berjalan menuju kelas sambil membicarakan si ratu nenek sihir itu. “Aku heran, kenapa ada orang yang sejahat itu.”kata Jamie. Dia masih terheran-heran sambil tak percaya mengapa orang seperti itu dulunya adalah sahabat kami. Aku dan Lottie hanya bisa menaikkan bahu.
Tiba-tiba kami terhenti ketika kami melihat selembar pengumuman yang ditempel di madding sekolah. Tulisannya seperti ini:
IKUTILAH!!!
Lomba Rancang Busana Tradisional
Diadakan oleh klub desain
Desainlah baju kalian yang berbahan dasar kain batik!!
Kirimlah desain baju kalian ke ruang klub desain
Ditunggu hingga tanggal 28 Maret 2009
“Wah, ini sangat keren!!!”kataku. “hei, bagaimana jika kau mengikutinya? Kau kan pintar mendesain!”teriak Lottie. “Itu ide yang bagus! Tapi aku pasti akan kalah. Louise pasti mengikuti lomba ini. Dan dia pasti akan memenangkan lomba ini..”semangatku surut. “Charlie, kau pasti bisa. Percayalah padaku dan juga dirimu. Aku sering melihat rancanganmu. Dan menurutku desainmu jauh lebih bagus dari pada milik Louise. Yakinlah.”Lottie memberi semangat. “Yah, selain itu, apakah kau tak ingin melihat wajah sebal nenek sihir itu saat kau menang nanti?”Jamie jug ikut-ikutan memberi semangat padaku. “Baiklah, aku pasti bisa melakukanya.”
Hari perlombaan pun tiba!!! Dan dugaanku tepat, Louise ikut andil dalam perlombaan ini. Dan yang menyebalkannya lagi, Ia yakin sekali akan menang. Uh,lihat saja nanti. Aku ini adalah lawan terberatmu!!! Aku menatap Louise dengan wajah menantang.
Saatnya rancanganku ditampilkan. Dalam lomba ini, semua rancangan diperagakan oleh model yang tak lain dan tak bukan adalah murid sekolah ini. Rancanganku adalah sebuah gaun selutut dengan bahan batik berwarna keemasan, dengan sarung tangan berwarna putih. Aku mengerjakan gaun ini selama 3 hari!!! Jadi jangan heran jika wajahku terlihat sumringah saat melihat rancanganku di panggung.
Akhirnya babak pengumuman semi final. “Dan inilah nama-nama peserta yang lolos di babak semifinal. Louisa Enright, Kelly Kennedy, dan Charlie Moody!!” teriak sang pembawa acara yang tak kalah modisnya dengan para model. Aku, Lottie, dan Jamie berloncat-loncat kegirangan hingga sadar jika kelakuan kami menjadi perhatian orang-orang. Hi,hi,hi..kami sangat malu. Terutama Jamie yang jelas-jelas sebenarnya tidak cocok melakukan sikap itu. Tentu saja, dia kan laki-laki!!
Setelah pengumuman itu, tes berikutnya adalah menjelaskan makna dari rancangan masing-masing. Untunglah aku bisa melewatinya. Sekarang tinggal menunggu pengumuman pemenang di final nanti. Sambil menunggu kami pergi ke kantin untuk menyantap chiken cheese steak kami masing-masing.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Saatnya pengumuman pemenang perlombaan rancang busana tradisional. Uh..aku, Lottie, dan Jamie harap-harap cemas akan pemenangnya. Kami berharap agar bukan Louise pemenangnya. Tak apa bila pemenangnya bukan aku, yang penting Louise kalah!! Kalah!!
“Dan akhirnya, setelah menunggu cukup lama, saya sudah memegang kertas berisi nama pemenang perlombaan ini. Nah, para penonton sekalian, apakah Louise, Kelly atau Charlotte yang akan jadi pemenangnya? Baiklah, pemenang lomba rancang busana tradisional adalah...”kata pembawa acara itu, membuatku deg-degan.
“Selamat untuk.....Charlotte Moody!!!”
Aku tak menyangka ini terjadi!! Aku pemenangnya!!! Dan itu bukan Louise!!! Aku sangat bangga melihat wajah Louise yang sangat sebal melihat tingkah kami, loncat-loncat, berteriak kegirangan!!! Biarlah orang-orang memperhatikan kami. Yang penting..... AKU PEMENANGNYA!!!!!
Rabu, 13 Mei 2009
charlie moody
Diposting oleh mutia larasati di 19.25
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar